Hero Ramah Hero Ramah
WorldSkills: Kiblat Pengembangan SMK Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua
Insight Vokasi

WorldSkills: Kiblat Pengembangan SMK Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua

Oleh: Arie Wibowo Khurniawan
1,323x dilihat
WorldSkills: Kiblat Pengembangan SMK Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua

"Sebuah Tinjauan Kebijakan dan Mimpi Indonesia Emas"


Kebijakan, pada hakikatnya, bukanlah sekadar tumpukan dokumen di atas meja birokrasi. Ia adalah jembatan yang dibangun antara mimpi kolektif sebuah bangsa dan kenyataan yang dipijak oleh setiap warganya. Pelajaran ini terpatri dalam perjalanan panjang pendidikan SMK Indonesia, sebuah perjalanan yang menemukan cermin paling jujurnya di panggung global bernama WorldSkills.


Tahun 2005 menjadi titik awal perjalanan Indonesia di ajang WorldSkills. Lima siswa SMK dikirim ke Helsinki, bukan untuk mengejar medali, melainkan membawa pulang cerita dan pengalaman. Dunia internasional saat itu terasa seperti puncak gunung yang terlalu tinggi untuk didaki. Dua dekade berlalu, peta berubah. Indonesia kini berada di peringkat ke-11 dunia, juara umum ASEAN, dan menyaksikan Favian Ahza berdiri gagah di podium Lyon dengan medali emas di dadanya. Bendera Merah Putih berkibar, menjadi simbol bahwa kebijakan yang tepat dapat membuka jalan kemajuan, bukan hanya bagi individu, tetapi juga bangsa.


WorldSkills bukan sekadar kompetisi. Ia adalah ekosistem global yang menginspirasi generasi muda, menetapkan standar keterampilan, dan mendorong kebijakan pendidikan serta industri bergerak seirama dengan kebutuhan zaman.

Dari Reruntuhan Perang Menuju Panggung Dunia: DNA WorldSkills


Akar WorldSkills tertanam kuat dalam kebutuhan rekonstruksi ekonomi pasca-Perang Dunia II. Pada tahun 1946, Eropa menghadapi kehancuran ekonomi dan kekurangan tenaga kerja terampil yang parah, mengancam terjadinya depresi ekonomi baru. Menjawab tantangan ini, Francisco Albert Vidal dari Spanyol diberi tugas untuk menciptakan sebuah kontes keterampilan bagi pemuda Spanyol dan Portugal pada tahun 1950. Acara perdana di Madrid ini, meskipun berskala sederhana, menjadi cikal bakal lahirnya sebuah gerakan internasional.   

Gerakan ini berkembang pesat. Pada tahun 1953, kompetisi telah menarik partisipasi dari Jerman, Inggris Raya, Prancis, Maroko, dan Swiss. Tonggak sejarah penting terjadi pada tahun 1958 ketika kompetisi untuk pertama kalinya diselenggarakan di luar Spanyol, yaitu di Brussels, Belgia, yang menandai dimulainya ekspansi global. Lompatan besar berikutnya terjadi pada tahun 1970, saat Tokyo menjadi tuan rumah, membawa kompetisi ke benua Asia dan menegaskan statusnya sebagai acara keterampilan vokasi internasional terbesar di dunia. Sejak saat itu, WorldSkills telah menjadi fenomena global, dengan negara-negara anggota yang kini mencapai 89 negara, menjangkau dua pertiga populasi dunia.


Visi, Misi, dan Empat Pilar Kekuatan


Filosofi inti WorldSkills terangkum dalam visinya, yaitu "Meningkatkan dunia kita dengan kekuatan keterampilan" (Improving our world with the power of skills), dan misinya, "Untuk meningkatkan profil dan pengakuan orang-orang terampil, dan menunjukkan betapa pentingnya keterampilan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesuksesan pribadi". Untuk mencapai tujuan luhur ini, WorldSkills tidak hanya bergantung pada kompetisi. Organisasi ini berdiri di atas empat pilar kegiatan utama: Kompetisi (Competitions), Konferensi (Conference), Proyek (Projects), dan Kampanye (Campaigns).



Struktur empat pilar ini menunjukkan sebuah strategi yang komprehensif. Kompetisi berfungsi sebagai ujung tombak untuk menginspirasi anak muda dan menarik perhatian media. Namun, pengaruh sesungguhnya terletak pada pilar-pilar lainnya. Konferensi WorldSkills, yang diadakan bersamaan dengan kompetisi, mengumpulkan para pembuat kebijakan, menteri pendidikan, dan pemimpin industri dari seluruh dunia untuk membahas masa depan Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan Kejuruan (TVET). Proyek-proyek seperti pengembangan dan adopsi standar keterampilan global serta kampanye kesadaran publik adalah mekanisme untuk menerjemahkan inspirasi dari arena kompetisi menjadi perubahan kebijakan yang nyata dan terukur. Dengan demikian, WorldSkills secara aktif memposisikan dirinya sebagai "pusat global untuk keunggulan dan pengembangan keterampilan" yang bertujuan memengaruhi pemerintah, industri, dan pendidik di seluruh dunia.

WorldSkills sebagai Tolok Ukur Program "Revitalisasi SMK"


Pemerintah Indonesia telah meluncurkan serangkaian kebijakan ambisius untuk mentransformasi pendidikan vokasi, terutama melalui program "Revitalisasi SMK". Program ini, yang secara efektif dimulai pada tahun 2017 dan diperkuat oleh landasan hukum seperti Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022, bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK dan mengurangi tingkat pengangguran terdidik.  

Dalam konteks ini, WorldSkills memainkan peran yang sangat strategis sebagai tolok ukur (benchmark) eksternal. Keikutsertaan dalam kompetisi ini dimanfaatkan secara eksplisit oleh Kementerian sebagai sarana untuk "mengukur kualitas pembelajaran pendidikan vokasi di Indonesia". Standar kompetisi yang tinggi dan selaras dengan industri global memberikan cermin bagi pemerintah untuk mengevaluasi efektivitas program revitalisasi. Tujuan-tujuan utama revitalisasi—seperti peningkatan kompetensi guru, modernisasi sarana dan prasarana, serta penguatan kerjasama industri—adalah prasyarat mutlak untuk bisa bersaing dan berprestasi di WorldSkills.

Hubungan ini bersifat simbiosis. Di satu sisi, kebijakan revitalisasi SMK menciptakan kondisi yang memungkinkan talenta-talenta Indonesia untuk berprestasi. Di sisi lain, setiap kemenangan atau peningkatan peringkat di WorldSkills menjadi bukti nyata dan justifikasi politik bahwa program revitalisasi berada di "jalur yang benar". Prestasi di arena global memberikan legitimasi pada kebijakan domestik, memvalidasi investasi yang telah dikeluarkan, dan dapat membantu mengamankan dukungan politik serta anggaran untuk program-program selanjutnya.


Dari Panggung Dunia ke Ruang Kelas: Cetak Biru WorldSkills untuk Setiap SMK

Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah mercusuar. Ia membayangkan sebuah negeri di mana setiap anak bangsa, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi juara dunia di bidangnya. Dalam konteks ini, WorldSkills bukanlah tujuan akhir, melainkan kompas yang paling akurat. Ia menawarkan cetak biru (blueprint) yang dinamis dan relevan untuk diadopsi oleh setiap kepala sekolah, guru, dan pemangku kebijakan.

Bagi para kepala sekolah, guru, dan pemangku kebijakan, WorldSkills bukanlah sekadar kompetisi dua tahunan. Ia adalah sebuah cetak biru (blueprint) dinamis yang paling mutakhir dan relevan untuk pengembangan SMK. Jika kita ingin mengakselerasi kualitas lulusan dan memastikan relevansi SMK dengan tuntutan zaman, maka mengacu pada standar WorldSkills adalah langkah strategis yang paling konkret.

1. WorldSkills sebagai Tolok Ukur Kurikulum yang Hidup

Salah satu tantangan terbesar pendidikan vokasi adalah menjaga agar kurikulum tetap relevan dengan kecepatan perubahan industri. WorldSkills menawarkan solusi untuk ini. Setiap bidang lomba didasari oleh WorldSkills Occupational Standards (WSOS), sebuah sebuah tolok ukur global yang komprehensif untuk keunggulan keterampilan di setiap bidang. Standar ini dikembangkan dan diperbarui setiap dua tahun melalui survei mendalam dengan para ahli dari dunia industri untuk memastikan relevansinya dengan teknologi dan praktik kerja terkini. WSOS menyediakan kerangka kerja yang jelas bagi lembaga TVET untuk tiga hal krusial: pertama, mengidentifikasi standar unit untuk setiap tugas atau aktivitas; kedua, mengembangkan konten penilaian berbasis tempat kerja; dan ketiga, menetapkan proses untuk mengobservasi dan menilai kompetensi siswa berdasarkan standar internasional. Hal ini menjadikan WSOS sebagai alat yang sangat praktis dan kuat untuk reformasi kurikulum dan penjaminan mutu pendidikan vokasi secara global.



Aksi Nyata untuk SMK: Kepala program keahlian dan guru dapat secara proaktif mengunduh dan mempelajari WSOS yang relevan dengan jurusannya dari situs resmi WorldSkills. Standar ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk menajamkan kurikulum sekolah, memastikan materi yang diajarkan tidak usang, dan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan di tempat kerja global. Ini adalah cara paling praktis untuk menerjemahkan semangat "link and match" ke dalam silabus dan modul ajar.

2. Mengubah Proyek Uji (Test Project) menjadi Materi Ajar Unggulan

Kompetisi WorldSkills mengharuskan peserta menyelesaikan serangkaian test project yang dirancang untuk mensimulasikan masalah industri yang kompleks. Proyek-proyek ini adalah tambang emas materi pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) yang sudah teruji di level tertinggi.



Aksi Nyata untuk SMK: Guru dapat mengadopsi test project dari WSC sebagai tugas akhir atau proyek unggulan bagi siswa. Mengerjakan proyek ini akan secara alami mendorong siswa untuk berpikir kritis, bekerja dalam tim, dan menerapkan keterampilan secara terintegrasi. Lebih jauh, ini akan menjadi pendorong bagi sekolah untuk mengembangkan lingkungan belajar yang menyerupai industri, seperti teaching factory, karena untuk menyelesaikan proyek tersebut, dibutuhkan fasilitas dan proses kerja yang standar.

3. Menempa Profesional Utuh, Bukan Sekadar Teknisi
Kemenangan di WorldSkills tidak hanya menuntut penguasaan hard skills, tetapi juga kekuatan mental, manajemen waktu, ketelitian, dan kemampuan beradaptasi di bawah tekanan. Proses pelatihan untuk kompetisi ini adalah kawah candradimuka yang efektif untuk membentuk soft skills dan karakter profesional yang tangguh.


Aksi Nyata untuk SMK: Budaya kompetisi yang sehat perlu ditumbuhkan di dalam sekolah. Mengadakan lomba internal antar kelas atau siswa dengan mengacu pada standar dan model penilaian WorldSkills dapat menjadi cara untuk menanamkan mentalitas juara. Proses ini akan membiasakan siswa dengan standar kerja yang tinggi, disiplin, dan pentingnya kualitas. Lulusan yang dihasilkan bukan hanya cakap secara teknis, tetapi juga siap secara mental untuk menghadapi dinamika dunia kerja.

WorldSkills telah menyediakan peta jalan yang jelas. Standar kompetensinya terbuka, model penilaiannya transparan, dan proyek-proyeknya dapat diakses untuk dipelajari. Dengan menjadikan WorldSkills sebagai referensi utama dalam pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan pembinaan siswa, kita dapat secara sistematis mengangkat kualitas seluruh SMK di Indonesia.

Masa depan Indonesia Emas 2045 tidak akan dibangun oleh slogan, melainkan oleh keterampilan nyata jutaan anak bangsanya. Dengan menjadikan WorldSkills sebagai referensi utama dalam pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan pembinaan siswa, kita tidak hanya sedang mengejar medali. Kita sedang secara sistematis mengangkat martabat dan kualitas seluruh SMK di Indonesia, memastikan setiap lulusannya siap bukan hanya untuk bekerja, tetapi untuk berkarya dan menjadi juara dalam kehidupan. Peta itu sudah di tangan kita, saatnya melangkah bersama dengan pasti. (AWK)

Sumber Belajar Penting :

1. Direktori Keterampilan WorldSkills Global : https://worldskills.org/skills/ 
3. WorldSkills Occupational Standards : https://worldskills.org/what/projects/wsos/2024/ 
4. Event Skills di Seluruh Dunia : https://worldskills.org/media/events/ 



Bagikan artikel ini